Pages

Rabu, 26 Oktober 2011

Gagal

Postinganku gagal diterbitkan karena suatu hal
Sebuah kisah yang kuanggap memilukan dan sangat kontradiksi
Kisah indah yang penuh warna itu kini berubah menjadi pilu dan kelabu

Tapi aku yakin semua akan menjadi indah pada waktunya
Kau hanya perlu menunggu waktu yang tepat




Postinganku gagal diterbitkan
Andai aku bisa berbagi hal ini padamu

Selasa, 18 Oktober 2011

Balada Makanan OSPEK

Cerpen ini pernah saya ikut sertakan di acara Pensi kampus. Gak menang sih, tapi mendapat lumayan banyak pujian dan juga masukan. Enjoy it!

BALADA MAKANAN OSPEK

            Fira, Cia, dan Jena saling berpandangan, tak percaya terhadap apa yang baru saja dikatakan Hilda, sahabat mereka.
            “Yakin da?” Tanya Cia. Hilda mengangguk mantap.
            “Serius?” Giliran Fira yang bertanya. Hilda mengangguk untuk yang kedua kalinya.
            “Udah dipikirin segala sesuatunya Da?” Jena tak mau kalah ikut bertanya. Hilda terdiam.
            “Kalian ini! Waktu itukan kita udah bikin perjanjian, siapapun yang berhasil menjadi juara umum diantara kita maka ia berhak menentukan tempat kita sekolah selanjutnya. Karena aku yang berhasil, jadi aku berhak nentuin. Oke?” tegas Hilda meyakinkan teman – temannya itu.
            “I-iya sih da, tapi ..”
            Fira, Cia, Jena, dan Hilda telah bersahabat sejak kecil. Mereka terkenal sebagai kawanan anak – anak cerdas. Fira adalah juara Olimpiade Matematika Nasional ketika ia berada di kelas satu SMA. Cia adalah pemenang lomba debat bahasa Inggris yang kemampuannya telah diakui di Negeri Kicir - Kicir. Jena meraih juara dua ketika Olimpiade Fisika Nasional. Hilda telah meraih penghargaan platinum karena buku karangannya telah mencapai dua juta eksemplar.
            Walaupun memiliki latar belakang prestasi yang berbeda – beda, mereka telah membuat perjanjian dari kecil akan selalu memilih sekolah yang sama. Siapapun yang memiliki prestasi yang paling tinggi berhak menentukan sekolah tempat mereka belajar. Pada saat kelas tiga SMA, Hildalah yang meraih gelar juara umum di sekolahnya. Oleh karena itu, ia bersikeras memaksa teman – temannya untuk melanjutkan belajar pada sebuah sekolah tinggi yang ia inginkan. Yaitu sekolah kedinasan. Hal yang tidak diduga – duga oleh  teman – temannya.
            Dengan kecerdasan yang mereka berempat miliki, mereka berhasil lulus di sebuah sekolah kedinasan yaitu Akademi Meteorologi dan Geofisika. Administrasi telah selesai diurus, tempat kos pun telah mereka dapatkan untuk mereka tinggali selama pendidikan. Namun, ada hal yang mereka khawatirkan, mereka takutkan, dan mereka segani. Sama seperti siswa – siswi SMA yang baru lulus pada umumnya, masa itu adalah masa OSPEK.
H-1 Briefing OSPEK
            “Da, kenapa sih kamu milih sekolah kedinasan?kenapa juga harus yang semi militer, yang biasa aja kenapa?” Tanya Cia.
            “Eh? Jadi kalian selama ini masih belum sepenuhnya ikhlas mau sekolah di sini?” Tanya Hilda.
            “Bukan gitu da, kita percaya kamu udah mikirin hal ini baik – baik, mempertimbangkan untung-rugi maupun baik-buruknya. Tapi, kita pengen kamu bisa menenangkan hati kita – kita ini, memantapkan motivasi, terutama untuk ikut OSPEK. Apalagi besok ada briefing OSPEKnya Da. Rasanya aku mau kabur aja, hhh” sahut Jena sambil merinding seram.
            “Oooh,, gitu” jawab Hilda tenang
            “Sekarang gini, kita liat faktanya. Di luar sana, banyakkan sarjana – sarjana dengan IP setinggi – tinggi langit tapi ujung – ujungnya?” tutur Hilda yang kemudian diam sesaat lalu memandang teman - temannya dengan ekspresi menunggu jawaban.
            “Nganggur” lanjutnya.
            “Di sini kita udah dijamin kerja. Indeed, di sini kita juga bakal dapet banyak banget  kesempatan buat jalan – jalan, contohnya waktu kita PKL, study banding atau beasiswa ngelanjutin kuliah. Kita bisa dapatkan itu semua secara Cuma – Cuma. Kita juga dapet uang saku  tiap bulannya, jadi kita bisa belajar mandiri dengan punya uang sendiri. Enakkan? Apalagi kalo kita inget kalo biaya kuliah sekarang itu mahalnya minta ampun. Rasanya sulit kalo kita engga berusaha nyari beasiswa”
            “Tapi gimana OSPEKnya da? Ya ampun, males banget. Pasti kakak – kakaknya jahat, galak, nanti kita ditendang, dipukul, huaaaa” ujar Jena cemberut. Dia memang yang paling manja.
            “Yang paling bikin males lagi kalo kita nanti dijemur, hhh.. luntur deh nih kulit jadi item” kali ini Cia yang protes.
            “Ayolah semangat pasti akan ada sesuatu yang bisa kita jadiin motivasi ikut OSPEK ini. Liat aja besok”

BRIEFING OSPEK
            Briefing ospek dimulai pada jam delapan pagi. Semua calon taruna – taruni AMG  diberi pengarahan mengenai peraturan saat OSPEK, barang – barang yang harus dibawa, serta sikap kita baik di lingkungan kampus, maupun di luar kampus.
            “Briefing, gak se-menakutkan yang kita bayangkan kan?”seru Hilda.
            “Ya ya ya..” sahut yang lain kompak, acuh tak acuh.
            “Semangat untuk PRA-OSPEK besok!”
            “…” tak ada jawaban.
PRA-OSPEK
            Dengan seragam putih – hitam, ransel hitam, dan sepatu hitam, para calon taruna – taruni AMG berkumpul di kampus tepat pukul 6 pagi. Sebelum masuk, mereka dibariskan di halaman depan kampus. Mereka diajak mengelilingi kampus dengan berjalan jongkok dan tak lupa agar selalu menyapa senior yang ditemuinya.
            “JIN LEWAT SENIORR!”
            Ups, bukan itu
            “Izin lewat senior” ya, itu baru betul.
            Seusai mengelilingi kampus mereka diajak mengelilingi komplek sebanyak tiga kali. Selesainya, mereka diajak berjalan jongkok kembali sampai ke lantai tiga. Acara Pra OSPEK tersebut berlangsung hingga pukul lima sore.
***
“Tips – tips mengikuti OSPEK. Satu, jangan mandi. Kalo perlu, mainlah di bak sampah agar badan kita bau lalu tidak akan ada senior yang berani mendekati kita, apalagi untuk menghukum. Dua, sambutlah hukuman dari senior dengan penuh sukacita. Contohnya,
            Senior berkata”kamu! Guling – guling sana di lantai”
            Kita “Siap iya senior” dengan memberikan senyum kita yang paling manis. Selanjutnya, senior akan tidak tega untuk menghukum kita lagi.
Ketiga, bersikaplah sok kenal dengan senior. Ketika bertemu dengannya, berpura – puralah mengenalnya.
            “Lho?Senior.. Masih inget saya ga? Saya tuh anaknya temennya dari saudaranya mamanya senior lhoo…”
            Setelah itu percayalah bahwa senior itu akan merasa gak enak untuk menghukum kita lagi. Keempat..”
            “STOP!Baca apaan sih fir, pasti dari majalah – majalah tembang lawas yang udah kedaluarsa ya. Jangan dipercaya lah, itu semua gak akan berlaku buat senior – senior kita. Senior kita tuh udah canggih, gak mempan diapa – apain, hukum ya hukum. Apalagi tips yang kedua, senyam – senyum, bisa dibilang orang gila nyasar kita” jelas Hilda
            “Au nih anak, mending ngerjain tugas buat OSPEK” sahut Jena.
            “Aduuhh.. kalian ini, ko bisa – bisanya sih tenang. Kaki, tangan, badanku semuanya capek. Pegel, Aku capek, aku males ikut OSPEK besok. PRA Ospek nya aja udah kayak gitu. Apalagi besok. Aku mau pulang ke Bojongkenyot (red:salah satu daerah di Indonesia) aja..Hiks, hiks, hiks” Fira tiba – tiba menangis.
            “Aku juga gak kuat, aku gak kuat dijemur lama – lama. Panas, hu hu hu” Cia ikut – ikutan menangis.
            “Yah, ko kalian nangis si? Akukan jadi gak enak, aku yang udah ngajak kalian kuliah di sini. Aku juga capek, maaf ya teman – teman. Hiks hiks hiks” Hilda juga ikut menangis.
            “Hu hu hu, aku juga udah capek banget, udah disuruh jalan jongkok, lari, jalan jongkok, bending,, yang enak Cuma nasi padangnya. Uuh.. Dunia gak adil!” teriak Jena.
            Yang lain tertawa di sela isak tangisnya.
            “Jen, jen masih sempet aja nikmatin makanannya. Ha ha ha” sahut Hilda.
            “Tapi emang enak sih, bumbu pedesnya tuh kerasa banget. Kematangan ayamnya juga pas” lanjutnya.
            “Daun kangkungnya juga kayaknya yang gak dikasih pestisida deh kayaknya, masih seger gitu” Fira melanjutkan.
            “Eh, ko kita jadi ngomongin makanan sih, tadikan kita nangis. Jadi laper, mau makan nasi padang lagi” Cia menambahkan sambil memegangi perutnya yang kelaparan.
            “Kamu ngaco Cia, nasi padang tuh mahal. Sepuluh ribu satu porsi, gak matching lagi sama dompet anak kos. ha ha ha” terang Hilda yang tertawa.
            “Ternyata, sesuatu yang paling gak enak sekalipun, kalau kita perhatikan pasti ada enaknya ya. Buktinya OSPEK yang rasanya gak ada enaknya, ada yang enak. Makanannya, hi hi” ujar Jena sambil tertawa kecil.
            “Iya, bahkan waktu OSPEK, cowok yang sebenernya ganteng sekalipun, yang senior, yang seangkatan sama kita, semuanya terlihat sama ya. Hambar” lanjut Cia dengan ekspresi datar. Semua kembali tertawa bersama.
            “Kayaknya yang bisa bikin semangat Cuma nasi padang yah, ayo semangat OSPEK!”
            “ha ha ha.. aduuh, norak banget yah kita. Tapi betul, SEMANGAT! Buat apa kita bersungut – sungut, gak ada gunanya. Jadi, kita udah terkumpul lagikan nih semangat untuk ikut OSPEK. Semangat?” Hilda menjulurkan tangannya ke teman – temannya. Yang lain ikut bergabung.
            “SEMANGAT!!”
            “Demi nasi padang,hi hi “ bisik Jena. Yang lain ikut tertawa sambil tersipu malu.
OSPEK
            Walaupun mereka telah sepakat untuk menjadikan nasi padang sebagai motivasi mereka dalam mengikuti kegiatan OSPEK, tetaplah tidak mudah untuk tidak mengeluh dalam menjalani OSPEK yang begitu menantang fisik dan mental yang mereka miliki. Mereka harus saling mengingatkan untuk tetap tegar. Ketika salah satu dari mereka sedang merasa tidak lagi mempunyai tujuan yang jelas akibat letihnya menjalani OSPEK, yang lainnya akan berbisik mengingatkan “nasipadang, semangat!”. Lalu mereka akan tertawa kecil dan mengubah rasa peluh mereka menjadi luluh dan membulatkan tekad mereka secara utuh dalam mengikuti OSPEK.
HARI TERAKHIR OSPEK
            Hilda menepuk punggung Jena yang terlihat lesu ketika ia mengikat sepatu.
            “ Semangat!”
            “Nasi padang? Bosen ah, aku mau masakan Jepang aja, hihi” Jena terkikik.
            “Mimpi aja jen” sambung Cia di belakangnya.
            Mereka bersama – sama menyusuri jalan dengan matahari yang masih nampak enggan untuk memancarkan sinarnya. Angin pagi yang sejuk menemani langkah mereka. Ini bukan soal OSPEK, bukan pula soal NASI PADANG. Tapi ini adalah bagaimana cara kita bisa bersikap terang ketika kita merasa semua terasa gelap dan berbagi penerangan itu kepada orang – orang yang ada di sekitar kita.
            Sebuah mobil berhenti di parkiran kampus. Di dalam mobil itu tersimpan seratusan kotak putih yang diatasnya terdapat sepasang boneka bertubuh mungil dengan kepala bundar. Kotak – kotak itu siap dibagikan kepada seluruh pihak yang telah berpeluh kesah dalam OSPEK.

Jumat, 14 Oktober 2011

Memoriam in Tidung Island.. part 4

Pak Jay menawarkan agar kami pindah ke rumah adik istrinya. Ia telah menceritakan keadaan kami kepada adik iparnya itu. Kita sebut adik iparnya Bu Een. Suami Bu Een sedang berlayar sehingga di rumahnya ia hanya bersama kedua orang anaknya, Reno dan adiknya. Ia merasa kasihan mendengar kisah kami dan menawarkan sebuah kamar untuk kami.*kita adalah orang - orang yang dikasihani..oohh

Kami berdiskusi. 

Kami sepakat tidak ingin merepotkan terlalu banyak orang dan
Sepakat kami yang merasa sudah nyaman di rumah Pak Jay dengan apa adanya.
Di tengah diskusi kami, Reno menyela

“Jadi gak ini?”

Kami terdiam.

“Maaf ya mba – mba. Bukannya mau ngusir, tapi saya pikir lebih baik mba – mba menginap di sebuah kamar, mba kan perempuan daripada di sini. Tapi ya terserah mbanya kalo udah merasa kerasan di sini”

Kata – kata Pak Jay ada benarnya, kami pun pindah menuju rumah Bu Een. Tunggu, kata – kata Pak Jay yang benar atau ada udang di balik bakwan? Haha, hanya kami yang tau.

Bu Een adalah orang yang sangat ramah. Setelah berkenalan, kami disuruh segera meletakkan barang – barang ke dalam  kamar yang telah disediakan untuk kami. Di dalam kamar itu ada sebuah kipas angin, kasur lantai, dan sebuah lemari berukuran sedang. Di atas lemari itu terdapat sebuah topi yang gue kira milik taruna angkatan laut. Tetapi ternyata  salah, topi (atau biasa disebut pet) itu milik pemuda pulau tidung tadi. Topi itu merupakan seragam sekolahnya.

Setelah memasukkan barang – barang kami, kami berbincang – bincang dengan Bu Een. Beliau menceritakan tentang sejarah Pulau Tidung. Belakangan, baru saja diketahui bahwa Pulau Tidung ditemukan oleh Pangeran Pendita yang berasal dari Pulau Kalimantan. Pangeran itu melakukan pelarian pada zaman Belanda melewati Pulau Jawa hingga sampailah pada Pulau Tidung. Sang pangeran memiliki kekuatan sehingga Belanda tidak dapat menemukan Pulau Tidung. Pulau itu dibuat tidak terlihat ketika ada orang yang berniat jahat mendekat oleh Pangeran. Jasad pangeran ditemukan oleh Arkeolog yang kemudian membuat orang  - orang kerajaan dari Kalimantan datang berbondong – bondong untuk memindahkan makam Pangeran. Di Pulau Tidung kecil juga terdapat makam Ksatria Hitam yang sakti.

Setelah berbincang – bincang, gue pun mulai dilanda kantuk yang teramat sangat, sementara yang lain masih asyik bercanda. Akhir kata, gue tidur duluan.
Gue bangun jam empat pagi. Hujan. Trauma. Takut ga bisa pulang.  Gue mulai berimajinasi bertahun – tahun gak bisa pulang dan terus berada di Pulau itu. Gue segera menuju kamar mandi untuk menenangkan diri. Masih sepi. Bu Een dan anak – anaknya belum memulai aktivitasnya. Ketiga temen gue masih tidur dan mereka mulai terbangun ketika sayup – sayup suara adzan Shubuh berkumandang.

Setelah sholat, kami bercakap – cakap. Rupanya ada hal yang terlewatkan oleh gue yang disebabkan gue yang tidur duluan. Apa itu?


Ngobrol bareng Reno.


Hahahahaha.. Maaf , maaf,, kami memang masih ABG.

Reno adalah siswa kelas dua SMK di pulau itu. Dia cukup pintar, namun sering bolos. Bayangkan, pernahkah Anda bolos selama sebulan? Haha, tidak – tidak. Dia tidak bolos selama itu. Dia sedang mencari info kepada kami mengenai kampus. Pulau itu tidak memiliki akses yang cukup untuk mengetahuinya. Bahkan dia tidak tau bahwa Universitas Indonesia adalah perguruan tinggi negeri. Dia juga tidak tahu bagaimana cara mengikuti tes masuknya. Kasian Reno. Ada banyak hal yang mereka bincangkan dengan Reno, namun lebih baik menjadi tetap rahasia kami.

Reno meminta kami untuk menunda kepulangan menjadi besok. Dia ingin mengajak kami untuk berkeliling pulau. Tapi kami menolak.

Selepas membicarakan Reno…

Bu Een menyiapkan teh manis dan biskuit untuk kami. Dia terburu – buru pagi itu karena harus menemani putrinya *adik Reno mengikuti lomba nyanyi di Pulau Pramuka. Kami berinisiatif untuk membantu membereskan rumah. Hanya menyapu, mengepel, dan membereskan sandal siih.
Oke, don’t mean it to deep!

            Tak lama Reno berangkat sekolah, Bu Een kembali. Ia kemudian mengantarkan kami kepada penjual tiket. Kami menelusuri rumah demi rumah yang selalu terlihat ada pohon di pekarangannya. Sesekali Bu Een menyapa orang yang dikenalinya. Tiba pada suatu rumah yang depannya terdapat pohon bunga Begeunvil yang sangat rimbun dan pohon jambu air besar yang menutupinya. Tak lama Bu Een bertemu dengan sang penjual tiket dan memintanya untuk menyisakan tiket untuk empat orang.

            Dari sini gue menyimpulkan segala sesuatu akan lebih mudah apabila kita memiliki relasi. Pastikan kita memiliki relasi setiap ingin melakukan sesuatu. Try and Trust it!

            Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Een dan berpamitan. Segera kami menuju pelabuhan bersiap untuk membeli tiket. Kami melewati rumah Pak Jay dan berpamitan kepada istri dan orang tuanya. Sayang, Pak Jay tidak ada di sana waktu itu.

Loket dibuka pukul delapan oleh karena itu kita mampir dulu di sebuah warung dan berfoto ria. 

Di sana kita bertemu dengan Pak Jay. Ia memastikan tiket benar – benar telah ada di tangan kami dan menunggui kami sampai kapal datang. Pekerjaan sampingan Pak Jay ternyata adalah sebagai tukang sapu honorer di kantor kelurahan Pulau Tidung. Ia juga bercerita tentang Reno yang memang selalu senang terhadap pengunjung pulau untuk diajaknya berbagi info. 

Kapal Kerapu kami datang.

Pak Jay pamit undur diri. Kamipun berterima kasih dan berjanji akan mengajak teman – teman untuk datang ke Pulau Tidung. Setelah agak kejauhan, kami berteriak memanggilnya.

“Paaaakkk!!”

Pak Jay menoleh

“Salam untuk Reno yah..hhiihihiihiihi”

“Iya neng” jawabnya sambil ikut tersenyum.

Kami dipanggil satu per satu untuk memasuki kapal. Dan entah kenapa saat itu petugas memanggil nama gue dengan sebutan “KURT!”…

Kapal kerapu adalah sejenis speed boat dan tiketnya per orang sebesar tiga puluh tiga ribu rupiah. Kami baru pertama kali naik kapal ini. Panik dan teriak - teriak heboh adalah reaksi pertama saat kapal ini melaju seperti halilintar yang ada di dunia fantasi. Orang – orang memandangi kami ingin menertawakan. Tetapi menguasai diri untuk tidak teriak – teriak pada saat seperti naik wahana halilintar yang terus menerus dan langsung digerakkan oleh alam tidaklah mudah.
di dalam kapal, dapet snack lhoo

Kapal Kerapu

Kami tidak langsung menuju pelabuhan Marina tetapi mampir dulu ke beberapa pulau.

ga tau pulau apa
pulau untung jawa nih










Dan akhirnya, sampailah di Pulau Jawa! *terharu.
Demikian ceritaku. Gue berjanji akan menceritakan kisah ini setapak demi setapak yang gue alami. Dan sepertinya, gue berhasil :D

Finish

Kamis, 13 Oktober 2011

seberapa pentingkah menjaga pandangan?

Asker Anonymous Asks: seberapa pentingkah menjaga pandangan?
gadisberjilbab gadisberjilbab Said:
Salah satu ajaran mulia dalam islam adalah menundukkan pandangan bahkan ia diperintahkan Allah ‘azza wa jalla kepada orang-orang yang beriman dari hamba-hambanya, dan ini menunjukkan mulianya apa yang diperintahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ  
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman[1], “Hendaklah mereka menundukkan pandanganya, dan menjaga kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS : An Nuur [24] : 30).

Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan penyebutan menundukkan pandangan dari pada menjaga kemaluan, maka hal ini menunjukkan pentingnya menundukkan pandangan sebagai sarana untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang dapat merasuk ke dalamnya, setelah itu barulah hati itu dapat tumbuh dan berkembang dengan diberi makanan hati yang berupa amal keta’atan sebagaimana badan yang juga butuh makanan agar dapat tumbuh dan berkembang.
Maka pada kesempatan ini kami nukilkan 3 faidah yang sangat agung dari suatu ibadah yang agung, yaitu menundukkan pandangan dari apa yang dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim rohimahullah secara ringkas[2],
[1.]          Faidah Pertama, dapat merasakan manisnya iman, dimana ia merupakan suatu hal yang lebih baik, lebih lezat dari apa yang ia palingkan matanya dari melihatnya dan yang ia tinggalkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka barangsiapa yang meninggalkan sesuatu apapun karena Allah maka Allah ‘azza wa jalla akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang dia tinggalkan tersebut. Sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sesungguhnya tidaklah sesuatu yang kalian tinggalkan karena Allah ‘azza wa jalla kecuali pasti akan Allah gantikan untukmu dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang dia tinggalkan[3].
Ibnul Qoyyim rohimahullah menyebutkan bahwa,
“Pandangan itu merupakan utusan hati, hatilah yang mengutus pandangan untuk melihat apa yang bisa dikabarkannya dari keindahan apa yang terlihat. Kemudian dari apa yang dilihat inilah muncul rasa rindu, yang kemudian berubah menjadi rasa cinta yang selanjutnya rasa cinta ini dapat berubah menjadi rasa cinta yang bersifat penghambaan, sehingga hatinya menjadi hamba apa yang dia cintai yang semula hanya berawal dari apa yang dia lihat. Sehingga akhirnya mengakibatkan letihnya hati dan hatinya akan menjadi tawanan apa yang ia lihat. Kemudian sang hati yang telah letih ini mengeluhkan keletihannya pada pandagan, namun apa yang dikatakan pandangan tidaklah seperti yang dia harapkan. Dia mengatakan, “Aku hanyalah sebagai utusanmu dan engkaulah yang mengutusku”[4].
Maka semakin bertambahlah sakit yang dirasakan hati dan beginilah salah satu ujian bagi hati yang kosong dari kecintaan kepada Allah dan ikhlas kepadaNya, sehingga dengan ini terlihatlah bagi kita dampak buruk dari tidak menjaga pandangan[5].
Kemudian Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan,
“Sesungguhnya hati itu pasti bergantung apa yang dicintainya, maka barangsiapa yang tidak menjadikan Allah lah satu-satunya yang dia cintai dan ilaah yang dia sembah sudah barang tentu hatinya akan menyembah/beribadah kepada selainNya”[6].
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Yusuf ‘alaihis salam,
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ  
“Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran (khianat[7]) dan kekejian (keinginan untuk berzina[8]). Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang ikhlas dalam kerta’atannya[9]”. (QS : Yusuf [12] : 24).

Maka lihatlah saudaraku betapa Allah ‘azza wa jalla kaitkan antara menjadi hamba yang ikhlas dalam keta’atannya kepada Allah, dimana salah satu jalannya adalah dengan memalingkan pandangan dari sesuatu yang haram dilihat[10] dan ini adalah salah satu sebab Nabi Yusuf alaihis salam bisa berpaling dari perzinaan dan pengkhianatan padahal saat itu Beliau adalah seorang yang masih muda, belum menikah, terasing dan seorang budak dari majikan suami orang yang mengajaknya berzina.
[2.]         Faidah Kedua, membuat hati menjadi bercahaya dan melahirkan firasat yang benar.
Ibnu Syujaa’ Al Karmani rohimahullah mengatakan,
“Barangsiapa yang menjaga dhohirnya dengan mengikuti sunnah dan batinnya dengan perasaan selalu diawasi Allah ‘azza wa jalla (muroqobah), menahan diri dari mengikuti syahwat, menundukkan pandangan dari melihat hal-hal yang haram dan menjaga diri untuk tidak makan yang haram maka firasatnya tidak akan meleset”.
Demikian juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menceritakan kaum Nabi Luth alaihis salam dan musibah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan kepada mereka kemudian setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِلْمُتَوَسِّمِينَ  
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi Al Muwassimin[11]”. (QS : Al Hijr [15] : 75).

Al Muwassimin dalam ayat ini ditafsirkan oleh Ibnul Qoyyim rohimahullah sebagai orang-orang yang penglihatan mereka selamat dari melihat hal-hal yang haram  dan keji[12].
Dalam surat An Nuur Allah ‘azza wa jalla berfirman tentang manfaat yang diperoleh orang-orang yang menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan kemaluannya[13] :
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ 
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi”. (QS : Al Nuur [24] : 35).

Setelah membawakan ayat ini Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan,
“Rahasia dari hal ini adalah bahwa balasan dari suatu amal adalah sesuai dengan amalan yang dikerjakan. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya dari melihat yang haram maka Allah akan gantikan dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Maka sebagaimana ia menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan maka demikian jugalah Allah akan penuhi hati dan pandangan orang tersebut dengan cahayaNya sehingga dia akan dapat melihat (dengan hatinya yang telah dipenuhi cahaya) apa yang tidak terlihat oleh orang yang tidak menundukkan pandangannya dari hal yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan.
Kemudian Beliau rohimahullah mengatakan,
“Maka hati itu laksana cermin dan hawa nafsu laksana karat yang mengotorinya, apabila cermin tersebut bersih dari noda karat tersebut maka ia akan dapat terlihat sesuatu sebagai mana hakikatnya[14].
[3.]         Faidah Ketiga, Timbulnya kekuatan, keteguhan dan keberanian hati.
Allah akan memberikan kepada orang yang menjaga pandangannya dari hal yang haram berupa kekuatan pertolonganNya, sebagaimana Allah memberikan cahayaNya kepada orang ini berupa kekuatan hujjah. Maka pada diri orang ini terkumpul dua kekuatan yang menyebabkan setan lari darinya, sebagaimana dikatakan dalam sebuah atsar,
إِنَّ الَّذِيْنَ يُخَالِفُ هَوَاهُ يَفْرَقُ الشَّيْطَانُ مِنْ ظِلِّهِ
“Sesungguhnya setan akan lari dari orang yang menyelisihi hawa nafsunya”[15].
Oleh sebab itu hal ini tidak akan didapatkan orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang berjiwa nista dan rendah. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,
 وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ 
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati berkaitan dengan masa lalu, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman[16]”. (QS : Ali ‘Imran [3] : 138).
Demikian juga firman Allah Subahanahu wa Ta’ala,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا 
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka milik Allahlah kemuliaan itu semuanya”. (QS : Fathiir [35] : 10).


Dengan demikian maka barangsiapa yang ingin mendapatkan kemulian maka hendaklah ia mencarinya dengan taat kepada Allah, dengan al kalamuth thayyib (kata-kata yang baik[17]), dan amal yang sholeh. Demikian juga sabda Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,
مَنْ الْتَمَسَ رِضَى اللهِ بِسَخْطِ النَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، وَأَرْضَى النَّاسُ عَنْهُ ، وَمَنْ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخْطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ ، وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسُ 
“Barangsiapa yang mencari ridho Allah walaupun manusia murka maka Allah ridho padanya dan menjadikan manusiapun ridho padanya. Dan barangsiapa yang mencari ridho manusia walaupun Allah murka maka Allah akan murka padanya dan Allah jadikan manusiapun murka padanya”[18]. 
Dengan demikian kita katakan pula bahwa
“Barangsiapa yang taat kepada Allah maka Allah akan mengasihinya dan melindunginya, tidak akan hina orang yang dikasihi dan dilindungi Robbnya”[19].
Sebagaimana yang diajarkan Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dalam salah satu do’a qunut,
إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
“Sesungguhnya tidaklah hina orang yang engkau kasihi dan engkau tolong. Dan tidaklah mulia orang yang engkau musuhi”[20].
Suatu barang tentu menundukkan pandangan adalah suatu yang Allah ridhoi karena ia adalah perintah dari Rob Semesta Alam.
Demikianlah, mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi penulis sebagai suatu amal yang diterima Allah ‘Azza wa Jalla dan dapat kita terapkan bersama, Amiin yaa Mujibas Saa’ilin. Semoga sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita shollallahu ‘alaihi was sallam.

http://alhijroh.net/fiqih-tazkiyatun-nafs/3-faidah-agung-menjaga-pandangan/


Ini adalah sebuah pertanyaan yang sumbernya dari gue. Kenapa gue nanya itu? Karena gue dilema. Gue memikirkan apa yang harusnya tidak gue pikirkan. Gue merasa ini salah dan kesalahan ini diawali dari sebuah pandangan gue dan `dia` yang tidak terjaga. Gue bukan orang yang agamis, karena itu adalah hal yang sulit dilakukan. Bahkan temen gue mengaku bahwa dia gak mungkin bisa menjadi orang yang agamis. Tapi percayalah, mencoba untuk lebih baik akan membawa kita lebih dekat dengan ridho illahi. So,

Jaga pandanganmu girlz ! 

Rabu, 12 Oktober 2011

Memoriam in Tidung Island.. part 3

Gue dan Hilda menuju kamar mandi sedangkan Rindy dan Yessica terlihat masih bercakap – cakap dengan si bapak. Selesai dari membersihkan diri Yessica menghampiri dan mengatakan bahwa Pak Jay sangat baik. Ia menawarkan rumahnya sebagai tempat menginap tanpa dipungut biaya apapun. Ia juga mengatakan bahwa di rumahnya ada istri, anak, dan kedua orang tua istrinya (baca:mertuanya).
Kamipun mulai berdiskusi
 
“Bukannya mau su’udzon, tapi ada baiknya kita waspada sama orang yang baru kita kenal”
“Tapi kayaknya dia ga niat jahat deh. Diakan cukup dikenal sama warga sini. Kalo dia jahat, dia bisa mencoreng nama baik dia sendiri.” Pak Jay cukup dikenal oleh masyarakat terbukti dari banyaknya relasi yang dia telpon.
“Ya udah gini aja, kita ke rumah bapak itu sekitar jam Sembilan nanti, jadi di sana kita bener – bener gunain hanya untuk berteduh malam. Nanti pas tidur tasnya kita peluk aja supaya aman.”
“Jadiiii…. Kita bener – bener harus menginap semalam di sini?”
“Sayangnya iya…”
Kita bener – bener ga nyangka, kita berempat terjebak gak bisa keluar dari pulau itu. Gak ada siapa – siapa yang kita kenal. Dan kami, hanyalah empat orang gadis yang masih kecil dan lugu *oke, yang ini berlebihan.
 
Kami menyambut hal ini dengan tertawa tanpa rasa takut. Masing – masing berpikir setidaknya ‘gue’ gak sendiri. Setidaknya Ferina udah sabuk ijo di karatenya*oke, yang ini agak enggak nyambung.
Hal yang bikin kita takut adalah izin dari orang tua. Apa yang harus kita bilang? Sepakat. Kita mengungkapkan bahwa Rindy secara mendadak memberi kejutan paket stay sebagai perayaan Rindy yang dapat beasiswa di Rusia. At least, dia benar – benar berhasil *Congratz buat Rindy  . Gue udah bohong soal ayah dan ibu Rindy ada di sana juga, tapi semoga white lie ini dimaafkan. Kebayang gak sih kalo orang tua kita tau bahwa kita terjebak di suatu pulau gak bisa pulang? Apa reaksinya?
Kalo bapak gue mungkin udah naik Jet ski dari muara angke ke Pulau Tidung buat jemput sambil teriak nama gue. hihii.. *backsound Pink Panther Them.
 Setelah sholat ashar dan menelepon orang tua, mengabarkan bahwa anaknya baik – baik saja, kitapun melanjutkan sesi foto – foto dan berpencar lagi. Rindy dan Yessica melanjutkan snorkeling *karena mereka belum mandi, gue dan Hilda menuju Pulau Tidung kecil melewati Jembatan Cinta.
 
Jembatan ini tidak memiliki mitos apapun, diberi nama jembatan cinta hanya untuk menarik perhatian pengunjung. Dari atas jembatan banyak yang melompat dengan tujuan hanya untuk bersenang – senang.
Matahari mengakhiri penyinarannya untuk hari ini. Suasana pantai mulai sepi oleh pengunjung. Kamipun mengakhiri rekreasi kami. Mushola adalah tempat peristirahatan yang paling nyaman saat itu. Setelah sholat Maghrib, kami mengobrol di depan Mushola. Tak lama abang – abang penyewa snorkeling datang untuk menjemput peralatannya. Alhamdulillah, mengurangi bawaan..haha . Si abang tau aja kita dimana :P
Setelah sholat Isya, kita makan. Cukup dua piring nasi goreng (baca:sepiring berdua).
Waktu baru menunjukkan jam delapan malam namun suasana sudah benar – benar sepi. Di parkiran sepeda hanya tertinggal dua sepeda kita. Karena abang sepedanya udah gak ada, kitapun gak bayar uang parkir.
Sudah pernah diceritakan sebelumnya bahwa jalan setapak dari ujung pulau ke pelabuhan yang banyak rumah penduduknya itu sangatlah sepi. Sebelah kiri langsung pantai dan sebelah kanan jalan adalah pepohonan. Di sinilah sensasi petualangan yang gak akan bisa gue lupakan. Dengan jalanan gelap yang hanya bercahayakan sinar rembulan dan langit penuh bintang, dengan pepohononan yang ramai dengan sekelebat putih yang lewat, dengan sepeda dengan stang yang sesekali oleng kanan dan oleng kiri, gue mengayuh sepeda penuh dengan konsentrasi. Sambil membaca istighfar dalam hati, sesekali gue mengajak Hilda berbincang, memastikan bahwa gue masih memboncengnya. Saat itu gue membayangkan berada disebuah adegan film Petualangan Sherina *yang mananya juga gue ga tau.haha
Gue tiba lebih dulu di tempat penyewaan sepeda. Setelah Rindy dan Yeye sampai, kami pun berjalan kaki menuju rumah Pak Jay. Sebelumnya Pak Jay menerangkan bahwa rumahnya masih berada di satu jalan dengan jalan setapak tadi. Oleh karena itu, tidak sulit untuk menemukan rumahnya. Rumah itu memiliki balkon yang luas dengan bagian depan terdapat sebuah etalase. Rupanya keluarga Pak Jay tiap harinya menjual gado – gado, karedok, dan pecel. 
Kami dipersilahkan masuk.
Di sana kami bertemu dengan istri, kedua orang tua istri serta anak Pak Jay. Sepertinya Pak Jay telah member kabar tentang kami kepada keluarganya. Semuanya dengan ramah menyalami kami. Kami kemudian dibawa ke sebuah ruangan keluarga. Ruangan itu cukup luas. Ada sebuah televisi dan digelar tikar sebagai alas lantainya. Kami dipersilahkan menempati tempat itu.
Walaupun sederhana, kami semua sepakat untuk mensyukuri kebaikan Pak Jay yang bersedia menyediakan tempat untuk kami. Kamipun berbincang – bincang dengan ibu dari istri Pak Jay.
Ibu itu orang asli pulau. Lahir dan besar di pulau itu. Hanya beberapa kali ia keluar pulau. Ia pun menikah dengan orang asli pulau itu. Gue berpikir, ruang gaulnya sempit banget yah, Cuma di sekitar pulau – pulau itu.
Tidak lama Pak Jay datang beserta istri dan seorang pemuda. Pemuda itu tinggi, masih muda, badannya proporsional, dan terakhir,, ehm… ganteng. Sebut saja nama pemuda itu Reno.

jembatan cinta


jembatan menuju pulau tidung kecil

pulau tidung



sepiring berdua

Leelou Blogs
 

Template by BloggerCandy.com