Pages

Senin, 01 Juli 2013

Masa Kecil


Masa Kecil selalu indah dikenang.
Ehm, mungkin tidak semua.
Saya spesifikasi.
Saya selalu merasa bahagia apabila mengenang masa kecil.
Selalu indah.
Pada masa itu saya selalu menemukan permainan sederhana yang membuat saya bahagia.
Permainan sederhana yang baru bisa saya ungkap maknanya ketika saya mulai mengerti apa yang saya lakukan.


Saya senang punya teman - teman yang pintar memanjat pohon. Dari mereka, saya juga belajar memanjat pohon. Bapak saya, selalu panik melihat saya memanjat pohon.Ia akan berteriak meminta saya turun, menakuti bahwa nanti saya akan jatuh. Di bilang begitu,, saya semakin senang memanjat pohon mangga  halaman depan rumah. Semakin panik bapak, saya akan memanjat semakin tinggi. Saya ingin tunjukkan bahwa saya memang jago sekali memanjat pohon. Tidak hanya pohon, saya lalu suka memanjat lemari dan berteriak memanggil bapak agar beliau panik.

Sehabis mandi sore, saya selalu duduk di bangku depan rumah. Menatap penuh harap tiap angkutan umum yang lewat karena bisa jadi mobil itu yang membawa ibu pulang. Mata akan semakin berbinar melihat mobil berhenti di depan rumah. Setelah itu saya berdiri untuk melihat lebih jelas bahwa benar ibu yang turun dari angkutan umum itu, lalu berlari ke dalam rumah. Bersembunyi. Terkadang, kakak laki - laki saya juga ikut serta. Saya ngumpet disuatu tempat di bagian rumah. Kemudian ibu yang sudah sampai di rumah akan berteriak memanggil - manggil saya dan kakak saya. Tentu tak ada jawaban. Saya cekikik sendiri di tempat ngumpet. Ibu akan mencari. Setelah ketemu, saya langsung berteriak dan tertawa - tawa.

Beda ibu, beda bapak. Bapak pulang dengan mobil pribadi. Jika bapak pulang, bapak akan memberi klakson sebagai tanda minta dibukakan gerbang. Dari dalam rumah, saya akan berlari ke depan. Membuka gerbang sambil berayun. Lalu duduk di depan bemper atau kap mobil dengan bahagia yang kemudian perlahan masuk ke dalam garasi.

Selain bermain bersama teman - teman, saya selalu punya teman setia di rumah. Ia memiliki nama yang melambangkan warnanya. Item, Belang, ataupun si Pus, kadang Pusi, Pusa, Pesi. Saya selalu memelihara kucing - kucing tersebut dari kecil. Kucing kecil yang senang bermain. Saya lalu membuatkan mainan dari rumbai - rumbai kertas untuk si kucing. Saya menggoda kucing saya dengan rumbai - rumbai itu. Dengan pupil yang membesar kucing saya berlari menangkap rumbai - rumbai itu. Saya lalu berlari dengan si kucing mengikuti. Dengan pupil yang masih membesar, sasaran kucing kini berubah menjadi kaki saya. Saya lalu semakin histeris berteriak - teriak sambil tertawa.

Sebagai anak yang paling kecil, saya seringkali disuruh ibu belanja di warung. Ibu memberi instruksi pelan - pelan barang apa saja yang harus dibeli. Saya berusaha menghafalnya. Kadang sepanjang jalan saya terus mengingat - ngingat barang apa saja yang harus saya beli. Ya, walaupun tetap saja sering kelupaan.. Apapbila kakak saya yang disuruh ke warung, dia pasti akan ganti menyuruh saya. Diiming - imingi makanan plus dibonceng naik sepeda, maka saya pun menurut.

Masih memanfaatkan status anak bungsu. Dulu saya mudah sekali nangis. Dijahili kakak saya yang laki - laki sedikit langsung menangis. Terkadang justru saya yang jahil duluan, dijahili balik langsung menangis lagi. Tentu tiap kali saya menangis kakak saya ini yang dimarahi. Kemudian dia akan pergi dengan sebal karena saya tidak bisa diajak bercanda. Dan terkadang, saya diam - diam tertawa dalam tangisan ...

Itulah sebagian kisah kebahagiaan sederhana saya di waktu kecil. Begitu sederhana, begitu seru tiada tandingan.

Leelou Blogs
 

Template by BloggerCandy.com