Pages

Selasa, 18 Oktober 2011

Balada Makanan OSPEK

Cerpen ini pernah saya ikut sertakan di acara Pensi kampus. Gak menang sih, tapi mendapat lumayan banyak pujian dan juga masukan. Enjoy it!

BALADA MAKANAN OSPEK

            Fira, Cia, dan Jena saling berpandangan, tak percaya terhadap apa yang baru saja dikatakan Hilda, sahabat mereka.
            “Yakin da?” Tanya Cia. Hilda mengangguk mantap.
            “Serius?” Giliran Fira yang bertanya. Hilda mengangguk untuk yang kedua kalinya.
            “Udah dipikirin segala sesuatunya Da?” Jena tak mau kalah ikut bertanya. Hilda terdiam.
            “Kalian ini! Waktu itukan kita udah bikin perjanjian, siapapun yang berhasil menjadi juara umum diantara kita maka ia berhak menentukan tempat kita sekolah selanjutnya. Karena aku yang berhasil, jadi aku berhak nentuin. Oke?” tegas Hilda meyakinkan teman – temannya itu.
            “I-iya sih da, tapi ..”
            Fira, Cia, Jena, dan Hilda telah bersahabat sejak kecil. Mereka terkenal sebagai kawanan anak – anak cerdas. Fira adalah juara Olimpiade Matematika Nasional ketika ia berada di kelas satu SMA. Cia adalah pemenang lomba debat bahasa Inggris yang kemampuannya telah diakui di Negeri Kicir - Kicir. Jena meraih juara dua ketika Olimpiade Fisika Nasional. Hilda telah meraih penghargaan platinum karena buku karangannya telah mencapai dua juta eksemplar.
            Walaupun memiliki latar belakang prestasi yang berbeda – beda, mereka telah membuat perjanjian dari kecil akan selalu memilih sekolah yang sama. Siapapun yang memiliki prestasi yang paling tinggi berhak menentukan sekolah tempat mereka belajar. Pada saat kelas tiga SMA, Hildalah yang meraih gelar juara umum di sekolahnya. Oleh karena itu, ia bersikeras memaksa teman – temannya untuk melanjutkan belajar pada sebuah sekolah tinggi yang ia inginkan. Yaitu sekolah kedinasan. Hal yang tidak diduga – duga oleh  teman – temannya.
            Dengan kecerdasan yang mereka berempat miliki, mereka berhasil lulus di sebuah sekolah kedinasan yaitu Akademi Meteorologi dan Geofisika. Administrasi telah selesai diurus, tempat kos pun telah mereka dapatkan untuk mereka tinggali selama pendidikan. Namun, ada hal yang mereka khawatirkan, mereka takutkan, dan mereka segani. Sama seperti siswa – siswi SMA yang baru lulus pada umumnya, masa itu adalah masa OSPEK.
H-1 Briefing OSPEK
            “Da, kenapa sih kamu milih sekolah kedinasan?kenapa juga harus yang semi militer, yang biasa aja kenapa?” Tanya Cia.
            “Eh? Jadi kalian selama ini masih belum sepenuhnya ikhlas mau sekolah di sini?” Tanya Hilda.
            “Bukan gitu da, kita percaya kamu udah mikirin hal ini baik – baik, mempertimbangkan untung-rugi maupun baik-buruknya. Tapi, kita pengen kamu bisa menenangkan hati kita – kita ini, memantapkan motivasi, terutama untuk ikut OSPEK. Apalagi besok ada briefing OSPEKnya Da. Rasanya aku mau kabur aja, hhh” sahut Jena sambil merinding seram.
            “Oooh,, gitu” jawab Hilda tenang
            “Sekarang gini, kita liat faktanya. Di luar sana, banyakkan sarjana – sarjana dengan IP setinggi – tinggi langit tapi ujung – ujungnya?” tutur Hilda yang kemudian diam sesaat lalu memandang teman - temannya dengan ekspresi menunggu jawaban.
            “Nganggur” lanjutnya.
            “Di sini kita udah dijamin kerja. Indeed, di sini kita juga bakal dapet banyak banget  kesempatan buat jalan – jalan, contohnya waktu kita PKL, study banding atau beasiswa ngelanjutin kuliah. Kita bisa dapatkan itu semua secara Cuma – Cuma. Kita juga dapet uang saku  tiap bulannya, jadi kita bisa belajar mandiri dengan punya uang sendiri. Enakkan? Apalagi kalo kita inget kalo biaya kuliah sekarang itu mahalnya minta ampun. Rasanya sulit kalo kita engga berusaha nyari beasiswa”
            “Tapi gimana OSPEKnya da? Ya ampun, males banget. Pasti kakak – kakaknya jahat, galak, nanti kita ditendang, dipukul, huaaaa” ujar Jena cemberut. Dia memang yang paling manja.
            “Yang paling bikin males lagi kalo kita nanti dijemur, hhh.. luntur deh nih kulit jadi item” kali ini Cia yang protes.
            “Ayolah semangat pasti akan ada sesuatu yang bisa kita jadiin motivasi ikut OSPEK ini. Liat aja besok”

BRIEFING OSPEK
            Briefing ospek dimulai pada jam delapan pagi. Semua calon taruna – taruni AMG  diberi pengarahan mengenai peraturan saat OSPEK, barang – barang yang harus dibawa, serta sikap kita baik di lingkungan kampus, maupun di luar kampus.
            “Briefing, gak se-menakutkan yang kita bayangkan kan?”seru Hilda.
            “Ya ya ya..” sahut yang lain kompak, acuh tak acuh.
            “Semangat untuk PRA-OSPEK besok!”
            “…” tak ada jawaban.
PRA-OSPEK
            Dengan seragam putih – hitam, ransel hitam, dan sepatu hitam, para calon taruna – taruni AMG berkumpul di kampus tepat pukul 6 pagi. Sebelum masuk, mereka dibariskan di halaman depan kampus. Mereka diajak mengelilingi kampus dengan berjalan jongkok dan tak lupa agar selalu menyapa senior yang ditemuinya.
            “JIN LEWAT SENIORR!”
            Ups, bukan itu
            “Izin lewat senior” ya, itu baru betul.
            Seusai mengelilingi kampus mereka diajak mengelilingi komplek sebanyak tiga kali. Selesainya, mereka diajak berjalan jongkok kembali sampai ke lantai tiga. Acara Pra OSPEK tersebut berlangsung hingga pukul lima sore.
***
“Tips – tips mengikuti OSPEK. Satu, jangan mandi. Kalo perlu, mainlah di bak sampah agar badan kita bau lalu tidak akan ada senior yang berani mendekati kita, apalagi untuk menghukum. Dua, sambutlah hukuman dari senior dengan penuh sukacita. Contohnya,
            Senior berkata”kamu! Guling – guling sana di lantai”
            Kita “Siap iya senior” dengan memberikan senyum kita yang paling manis. Selanjutnya, senior akan tidak tega untuk menghukum kita lagi.
Ketiga, bersikaplah sok kenal dengan senior. Ketika bertemu dengannya, berpura – puralah mengenalnya.
            “Lho?Senior.. Masih inget saya ga? Saya tuh anaknya temennya dari saudaranya mamanya senior lhoo…”
            Setelah itu percayalah bahwa senior itu akan merasa gak enak untuk menghukum kita lagi. Keempat..”
            “STOP!Baca apaan sih fir, pasti dari majalah – majalah tembang lawas yang udah kedaluarsa ya. Jangan dipercaya lah, itu semua gak akan berlaku buat senior – senior kita. Senior kita tuh udah canggih, gak mempan diapa – apain, hukum ya hukum. Apalagi tips yang kedua, senyam – senyum, bisa dibilang orang gila nyasar kita” jelas Hilda
            “Au nih anak, mending ngerjain tugas buat OSPEK” sahut Jena.
            “Aduuhh.. kalian ini, ko bisa – bisanya sih tenang. Kaki, tangan, badanku semuanya capek. Pegel, Aku capek, aku males ikut OSPEK besok. PRA Ospek nya aja udah kayak gitu. Apalagi besok. Aku mau pulang ke Bojongkenyot (red:salah satu daerah di Indonesia) aja..Hiks, hiks, hiks” Fira tiba – tiba menangis.
            “Aku juga gak kuat, aku gak kuat dijemur lama – lama. Panas, hu hu hu” Cia ikut – ikutan menangis.
            “Yah, ko kalian nangis si? Akukan jadi gak enak, aku yang udah ngajak kalian kuliah di sini. Aku juga capek, maaf ya teman – teman. Hiks hiks hiks” Hilda juga ikut menangis.
            “Hu hu hu, aku juga udah capek banget, udah disuruh jalan jongkok, lari, jalan jongkok, bending,, yang enak Cuma nasi padangnya. Uuh.. Dunia gak adil!” teriak Jena.
            Yang lain tertawa di sela isak tangisnya.
            “Jen, jen masih sempet aja nikmatin makanannya. Ha ha ha” sahut Hilda.
            “Tapi emang enak sih, bumbu pedesnya tuh kerasa banget. Kematangan ayamnya juga pas” lanjutnya.
            “Daun kangkungnya juga kayaknya yang gak dikasih pestisida deh kayaknya, masih seger gitu” Fira melanjutkan.
            “Eh, ko kita jadi ngomongin makanan sih, tadikan kita nangis. Jadi laper, mau makan nasi padang lagi” Cia menambahkan sambil memegangi perutnya yang kelaparan.
            “Kamu ngaco Cia, nasi padang tuh mahal. Sepuluh ribu satu porsi, gak matching lagi sama dompet anak kos. ha ha ha” terang Hilda yang tertawa.
            “Ternyata, sesuatu yang paling gak enak sekalipun, kalau kita perhatikan pasti ada enaknya ya. Buktinya OSPEK yang rasanya gak ada enaknya, ada yang enak. Makanannya, hi hi” ujar Jena sambil tertawa kecil.
            “Iya, bahkan waktu OSPEK, cowok yang sebenernya ganteng sekalipun, yang senior, yang seangkatan sama kita, semuanya terlihat sama ya. Hambar” lanjut Cia dengan ekspresi datar. Semua kembali tertawa bersama.
            “Kayaknya yang bisa bikin semangat Cuma nasi padang yah, ayo semangat OSPEK!”
            “ha ha ha.. aduuh, norak banget yah kita. Tapi betul, SEMANGAT! Buat apa kita bersungut – sungut, gak ada gunanya. Jadi, kita udah terkumpul lagikan nih semangat untuk ikut OSPEK. Semangat?” Hilda menjulurkan tangannya ke teman – temannya. Yang lain ikut bergabung.
            “SEMANGAT!!”
            “Demi nasi padang,hi hi “ bisik Jena. Yang lain ikut tertawa sambil tersipu malu.
OSPEK
            Walaupun mereka telah sepakat untuk menjadikan nasi padang sebagai motivasi mereka dalam mengikuti kegiatan OSPEK, tetaplah tidak mudah untuk tidak mengeluh dalam menjalani OSPEK yang begitu menantang fisik dan mental yang mereka miliki. Mereka harus saling mengingatkan untuk tetap tegar. Ketika salah satu dari mereka sedang merasa tidak lagi mempunyai tujuan yang jelas akibat letihnya menjalani OSPEK, yang lainnya akan berbisik mengingatkan “nasipadang, semangat!”. Lalu mereka akan tertawa kecil dan mengubah rasa peluh mereka menjadi luluh dan membulatkan tekad mereka secara utuh dalam mengikuti OSPEK.
HARI TERAKHIR OSPEK
            Hilda menepuk punggung Jena yang terlihat lesu ketika ia mengikat sepatu.
            “ Semangat!”
            “Nasi padang? Bosen ah, aku mau masakan Jepang aja, hihi” Jena terkikik.
            “Mimpi aja jen” sambung Cia di belakangnya.
            Mereka bersama – sama menyusuri jalan dengan matahari yang masih nampak enggan untuk memancarkan sinarnya. Angin pagi yang sejuk menemani langkah mereka. Ini bukan soal OSPEK, bukan pula soal NASI PADANG. Tapi ini adalah bagaimana cara kita bisa bersikap terang ketika kita merasa semua terasa gelap dan berbagi penerangan itu kepada orang – orang yang ada di sekitar kita.
            Sebuah mobil berhenti di parkiran kampus. Di dalam mobil itu tersimpan seratusan kotak putih yang diatasnya terdapat sepasang boneka bertubuh mungil dengan kepala bundar. Kotak – kotak itu siap dibagikan kepada seluruh pihak yang telah berpeluh kesah dalam OSPEK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for reading.. Any comments?
Write down!

Leelou Blogs
 

Template by BloggerCandy.com