Pages

Jumat, 14 Oktober 2011

Memoriam in Tidung Island.. part 4

Pak Jay menawarkan agar kami pindah ke rumah adik istrinya. Ia telah menceritakan keadaan kami kepada adik iparnya itu. Kita sebut adik iparnya Bu Een. Suami Bu Een sedang berlayar sehingga di rumahnya ia hanya bersama kedua orang anaknya, Reno dan adiknya. Ia merasa kasihan mendengar kisah kami dan menawarkan sebuah kamar untuk kami.*kita adalah orang - orang yang dikasihani..oohh

Kami berdiskusi. 

Kami sepakat tidak ingin merepotkan terlalu banyak orang dan
Sepakat kami yang merasa sudah nyaman di rumah Pak Jay dengan apa adanya.
Di tengah diskusi kami, Reno menyela

“Jadi gak ini?”

Kami terdiam.

“Maaf ya mba – mba. Bukannya mau ngusir, tapi saya pikir lebih baik mba – mba menginap di sebuah kamar, mba kan perempuan daripada di sini. Tapi ya terserah mbanya kalo udah merasa kerasan di sini”

Kata – kata Pak Jay ada benarnya, kami pun pindah menuju rumah Bu Een. Tunggu, kata – kata Pak Jay yang benar atau ada udang di balik bakwan? Haha, hanya kami yang tau.

Bu Een adalah orang yang sangat ramah. Setelah berkenalan, kami disuruh segera meletakkan barang – barang ke dalam  kamar yang telah disediakan untuk kami. Di dalam kamar itu ada sebuah kipas angin, kasur lantai, dan sebuah lemari berukuran sedang. Di atas lemari itu terdapat sebuah topi yang gue kira milik taruna angkatan laut. Tetapi ternyata  salah, topi (atau biasa disebut pet) itu milik pemuda pulau tidung tadi. Topi itu merupakan seragam sekolahnya.

Setelah memasukkan barang – barang kami, kami berbincang – bincang dengan Bu Een. Beliau menceritakan tentang sejarah Pulau Tidung. Belakangan, baru saja diketahui bahwa Pulau Tidung ditemukan oleh Pangeran Pendita yang berasal dari Pulau Kalimantan. Pangeran itu melakukan pelarian pada zaman Belanda melewati Pulau Jawa hingga sampailah pada Pulau Tidung. Sang pangeran memiliki kekuatan sehingga Belanda tidak dapat menemukan Pulau Tidung. Pulau itu dibuat tidak terlihat ketika ada orang yang berniat jahat mendekat oleh Pangeran. Jasad pangeran ditemukan oleh Arkeolog yang kemudian membuat orang  - orang kerajaan dari Kalimantan datang berbondong – bondong untuk memindahkan makam Pangeran. Di Pulau Tidung kecil juga terdapat makam Ksatria Hitam yang sakti.

Setelah berbincang – bincang, gue pun mulai dilanda kantuk yang teramat sangat, sementara yang lain masih asyik bercanda. Akhir kata, gue tidur duluan.
Gue bangun jam empat pagi. Hujan. Trauma. Takut ga bisa pulang.  Gue mulai berimajinasi bertahun – tahun gak bisa pulang dan terus berada di Pulau itu. Gue segera menuju kamar mandi untuk menenangkan diri. Masih sepi. Bu Een dan anak – anaknya belum memulai aktivitasnya. Ketiga temen gue masih tidur dan mereka mulai terbangun ketika sayup – sayup suara adzan Shubuh berkumandang.

Setelah sholat, kami bercakap – cakap. Rupanya ada hal yang terlewatkan oleh gue yang disebabkan gue yang tidur duluan. Apa itu?


Ngobrol bareng Reno.


Hahahahaha.. Maaf , maaf,, kami memang masih ABG.

Reno adalah siswa kelas dua SMK di pulau itu. Dia cukup pintar, namun sering bolos. Bayangkan, pernahkah Anda bolos selama sebulan? Haha, tidak – tidak. Dia tidak bolos selama itu. Dia sedang mencari info kepada kami mengenai kampus. Pulau itu tidak memiliki akses yang cukup untuk mengetahuinya. Bahkan dia tidak tau bahwa Universitas Indonesia adalah perguruan tinggi negeri. Dia juga tidak tahu bagaimana cara mengikuti tes masuknya. Kasian Reno. Ada banyak hal yang mereka bincangkan dengan Reno, namun lebih baik menjadi tetap rahasia kami.

Reno meminta kami untuk menunda kepulangan menjadi besok. Dia ingin mengajak kami untuk berkeliling pulau. Tapi kami menolak.

Selepas membicarakan Reno…

Bu Een menyiapkan teh manis dan biskuit untuk kami. Dia terburu – buru pagi itu karena harus menemani putrinya *adik Reno mengikuti lomba nyanyi di Pulau Pramuka. Kami berinisiatif untuk membantu membereskan rumah. Hanya menyapu, mengepel, dan membereskan sandal siih.
Oke, don’t mean it to deep!

            Tak lama Reno berangkat sekolah, Bu Een kembali. Ia kemudian mengantarkan kami kepada penjual tiket. Kami menelusuri rumah demi rumah yang selalu terlihat ada pohon di pekarangannya. Sesekali Bu Een menyapa orang yang dikenalinya. Tiba pada suatu rumah yang depannya terdapat pohon bunga Begeunvil yang sangat rimbun dan pohon jambu air besar yang menutupinya. Tak lama Bu Een bertemu dengan sang penjual tiket dan memintanya untuk menyisakan tiket untuk empat orang.

            Dari sini gue menyimpulkan segala sesuatu akan lebih mudah apabila kita memiliki relasi. Pastikan kita memiliki relasi setiap ingin melakukan sesuatu. Try and Trust it!

            Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Een dan berpamitan. Segera kami menuju pelabuhan bersiap untuk membeli tiket. Kami melewati rumah Pak Jay dan berpamitan kepada istri dan orang tuanya. Sayang, Pak Jay tidak ada di sana waktu itu.

Loket dibuka pukul delapan oleh karena itu kita mampir dulu di sebuah warung dan berfoto ria. 

Di sana kita bertemu dengan Pak Jay. Ia memastikan tiket benar – benar telah ada di tangan kami dan menunggui kami sampai kapal datang. Pekerjaan sampingan Pak Jay ternyata adalah sebagai tukang sapu honorer di kantor kelurahan Pulau Tidung. Ia juga bercerita tentang Reno yang memang selalu senang terhadap pengunjung pulau untuk diajaknya berbagi info. 

Kapal Kerapu kami datang.

Pak Jay pamit undur diri. Kamipun berterima kasih dan berjanji akan mengajak teman – teman untuk datang ke Pulau Tidung. Setelah agak kejauhan, kami berteriak memanggilnya.

“Paaaakkk!!”

Pak Jay menoleh

“Salam untuk Reno yah..hhiihihiihiihi”

“Iya neng” jawabnya sambil ikut tersenyum.

Kami dipanggil satu per satu untuk memasuki kapal. Dan entah kenapa saat itu petugas memanggil nama gue dengan sebutan “KURT!”…

Kapal kerapu adalah sejenis speed boat dan tiketnya per orang sebesar tiga puluh tiga ribu rupiah. Kami baru pertama kali naik kapal ini. Panik dan teriak - teriak heboh adalah reaksi pertama saat kapal ini melaju seperti halilintar yang ada di dunia fantasi. Orang – orang memandangi kami ingin menertawakan. Tetapi menguasai diri untuk tidak teriak – teriak pada saat seperti naik wahana halilintar yang terus menerus dan langsung digerakkan oleh alam tidaklah mudah.
di dalam kapal, dapet snack lhoo

Kapal Kerapu

Kami tidak langsung menuju pelabuhan Marina tetapi mampir dulu ke beberapa pulau.

ga tau pulau apa
pulau untung jawa nih










Dan akhirnya, sampailah di Pulau Jawa! *terharu.
Demikian ceritaku. Gue berjanji akan menceritakan kisah ini setapak demi setapak yang gue alami. Dan sepertinya, gue berhasil :D

Finish

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for reading.. Any comments?
Write down!

Leelou Blogs
 

Template by BloggerCandy.com