Pages

Sabtu, 15 November 2014

Yang Hakiki

Ini tentang sebuah mimpi tadi malam. Mimpi yang dengan tiba – tiba membangunkanku tepat pukul 02:30 WIB.  Meski aku memang selalu berdoa agar bisa bangun jam demikian, tapi kali ini lain. Mimpi itu yang membangunkanku. Mimpi itu yang menyadarkanku.

Aku terbangun dan menatap sekitar. Hanya ada ibu seorang. Hening. Sepi. Aku rasa kami sedang berada di sebuah rumah yang tak lagi berpenghuni. Karena dinding rumah itu sudah rubuh sebagian, Hanya sedikit bagian rumah yang bersisa atap sebagai tempat peneduh. Sepuluh meter di depan kami ada tempat pembakaran sampah. `Kami seperti berada di antara sebuah perkebunan, bahkan mungkin hutan dengan pohon – pohon kering dan banyak daun – daun berguguran di bawahnya.

Ada dua ekor burung besar di sekitar kami dengan kondisi sakit. Burung itu harusnya seperti boneka burung hantu yang lucu yang kemudian diterjemahkan menjadi nyata. Dengan ukuran lima kali dari burung biasa. Dengan kondisi sakit. Tak bergerak. Hanya sesekali bergerak pelan, meringkik kesakitan. Ada seseorang yang datang. Oh tidak, hanya bagian kepala, leher dan bahu yang datang dengan bersimbah darah. Aku menjerit ketakutan. Ibu memegang pisau besar yang biasa digunakan untuk memotong daging, Dengan cekatan memotong potongan manusia yang datang menjadi bagian – bagian kecil, lalu melempar bagian itu ke segala arah. Sejauhnya. Aku membantu ibu melakukannya. Setelah itu, burung – burung yang sakit ikut dilempar ke tempat pembakaran sampah. Aku bertanya mengapa, ibu menjawab karena burung – burung itu dan akan ada burung – burung lainnya yang terinfeksi virus.

Aku terbangun dengan rasa letih. Itu bukan mimpi yang indah. Dalam mimpi itu kami berada dalam suatu kondisi yang demikian sulit. Namun, dari mimpi itu aku belajar banyak hal. Aku menyadari sesuatu.

Bahwa roda kehidupan ini berjalan menuju suatu pemberhentian. Dan dalam perputarannya, akan ada banyak sekali kejadian – kejadian yang bisa jadi tidak kita harapkan. Pada apa – apa yang kita miliki saat ini, sebenarnya hanya titipan Nya. Akan ada saat kita harus mengembalikan titipan itu. Dan memang tidak ada pilihan untuk tidak. Harta, kesehatan, kelima panca indera, orang – orang yang kita sayangi, kondisi hidup yang lancar, semua adalah titipanNya. Pernahkah kau berpikir bagaimana jika kita kehilangan satu saja dari apa – apa yang kita miliki saat ini?

Beranikah kau membayangkan?

Saat kita kehilangan harta, yang biasanya mempermudah kita dalam menjalani hidup? Yang biasa  kita gunakan untuk memperturutkan kebutuhan, keinginan, atau bahkan nafsu untuk membeli ini dan itu.

Saat kita kehilangan tubuh yang sehat, divonis suatu penyakit tertentu yang sulit sekali dicari obatnya.

Saat kita kehilangan satu saja panca indera kita, tak mampu melihat, mendengar, berbicara, tak dapat memfungsikan kaki dan tangan kembali secara normal kembali.

Saat kita kehilangan orang – orang yang paling kita sayangi, ayah, ibu, kakak atau adik, sahabat – sahabat kita.

Apakah kita akan terberatkan dengan segala perkara duniawi? Yang bersifat semu. Lantas jika kita kehilangan satu saja kenikmatan kita saat ini kita akan tersungkur dalam kesedihan tanpa ada usaha untuk bangkit?

Seolah dunia telah menjadi gelap tanpa cahaya yang datang. Melupakan nikmat yang lain?

Kita telah gagal mencari pegangan dalam kehidupan. Pegangan yang senantiasa dapat menolong kita untuk bangkit meski badai tengah kita hadapi. Meski kita kehilangan banyak hal yang kita anggap itu adalah nikmat. Kau tau? Pegangan itu adalah iman, kedekatan kita kepada Allah swt. Pemilik cinta yang hakiki. Kepada Nya kita menyembah, dan hanya kepadaNya lah kita memohon pertolongan. Kesadaran bahwa hidup ini memang diciptakan untuk beribadah kepadaNya.

 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS Adz-Dzariyat (51) : 56)

 "Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi itu sebagai perhiasan, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amal perbuatannya." (QS Al-Kahfi:7-8).

sumber



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for reading.. Any comments?
Write down!

Leelou Blogs
 

Template by BloggerCandy.com