Pages

Kamis, 13 Oktober 2011

seberapa pentingkah menjaga pandangan?

Asker Anonymous Asks: seberapa pentingkah menjaga pandangan?
gadisberjilbab gadisberjilbab Said:
Salah satu ajaran mulia dalam islam adalah menundukkan pandangan bahkan ia diperintahkan Allah ‘azza wa jalla kepada orang-orang yang beriman dari hamba-hambanya, dan ini menunjukkan mulianya apa yang diperintahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ  
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman[1], “Hendaklah mereka menundukkan pandanganya, dan menjaga kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS : An Nuur [24] : 30).

Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan penyebutan menundukkan pandangan dari pada menjaga kemaluan, maka hal ini menunjukkan pentingnya menundukkan pandangan sebagai sarana untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang dapat merasuk ke dalamnya, setelah itu barulah hati itu dapat tumbuh dan berkembang dengan diberi makanan hati yang berupa amal keta’atan sebagaimana badan yang juga butuh makanan agar dapat tumbuh dan berkembang.
Maka pada kesempatan ini kami nukilkan 3 faidah yang sangat agung dari suatu ibadah yang agung, yaitu menundukkan pandangan dari apa yang dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim rohimahullah secara ringkas[2],
[1.]          Faidah Pertama, dapat merasakan manisnya iman, dimana ia merupakan suatu hal yang lebih baik, lebih lezat dari apa yang ia palingkan matanya dari melihatnya dan yang ia tinggalkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka barangsiapa yang meninggalkan sesuatu apapun karena Allah maka Allah ‘azza wa jalla akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang dia tinggalkan tersebut. Sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sesungguhnya tidaklah sesuatu yang kalian tinggalkan karena Allah ‘azza wa jalla kecuali pasti akan Allah gantikan untukmu dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang dia tinggalkan[3].
Ibnul Qoyyim rohimahullah menyebutkan bahwa,
“Pandangan itu merupakan utusan hati, hatilah yang mengutus pandangan untuk melihat apa yang bisa dikabarkannya dari keindahan apa yang terlihat. Kemudian dari apa yang dilihat inilah muncul rasa rindu, yang kemudian berubah menjadi rasa cinta yang selanjutnya rasa cinta ini dapat berubah menjadi rasa cinta yang bersifat penghambaan, sehingga hatinya menjadi hamba apa yang dia cintai yang semula hanya berawal dari apa yang dia lihat. Sehingga akhirnya mengakibatkan letihnya hati dan hatinya akan menjadi tawanan apa yang ia lihat. Kemudian sang hati yang telah letih ini mengeluhkan keletihannya pada pandagan, namun apa yang dikatakan pandangan tidaklah seperti yang dia harapkan. Dia mengatakan, “Aku hanyalah sebagai utusanmu dan engkaulah yang mengutusku”[4].
Maka semakin bertambahlah sakit yang dirasakan hati dan beginilah salah satu ujian bagi hati yang kosong dari kecintaan kepada Allah dan ikhlas kepadaNya, sehingga dengan ini terlihatlah bagi kita dampak buruk dari tidak menjaga pandangan[5].
Kemudian Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan,
“Sesungguhnya hati itu pasti bergantung apa yang dicintainya, maka barangsiapa yang tidak menjadikan Allah lah satu-satunya yang dia cintai dan ilaah yang dia sembah sudah barang tentu hatinya akan menyembah/beribadah kepada selainNya”[6].
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Yusuf ‘alaihis salam,
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ  
“Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran (khianat[7]) dan kekejian (keinginan untuk berzina[8]). Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang ikhlas dalam kerta’atannya[9]”. (QS : Yusuf [12] : 24).

Maka lihatlah saudaraku betapa Allah ‘azza wa jalla kaitkan antara menjadi hamba yang ikhlas dalam keta’atannya kepada Allah, dimana salah satu jalannya adalah dengan memalingkan pandangan dari sesuatu yang haram dilihat[10] dan ini adalah salah satu sebab Nabi Yusuf alaihis salam bisa berpaling dari perzinaan dan pengkhianatan padahal saat itu Beliau adalah seorang yang masih muda, belum menikah, terasing dan seorang budak dari majikan suami orang yang mengajaknya berzina.
[2.]         Faidah Kedua, membuat hati menjadi bercahaya dan melahirkan firasat yang benar.
Ibnu Syujaa’ Al Karmani rohimahullah mengatakan,
“Barangsiapa yang menjaga dhohirnya dengan mengikuti sunnah dan batinnya dengan perasaan selalu diawasi Allah ‘azza wa jalla (muroqobah), menahan diri dari mengikuti syahwat, menundukkan pandangan dari melihat hal-hal yang haram dan menjaga diri untuk tidak makan yang haram maka firasatnya tidak akan meleset”.
Demikian juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menceritakan kaum Nabi Luth alaihis salam dan musibah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan kepada mereka kemudian setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِلْمُتَوَسِّمِينَ  
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi Al Muwassimin[11]”. (QS : Al Hijr [15] : 75).

Al Muwassimin dalam ayat ini ditafsirkan oleh Ibnul Qoyyim rohimahullah sebagai orang-orang yang penglihatan mereka selamat dari melihat hal-hal yang haram  dan keji[12].
Dalam surat An Nuur Allah ‘azza wa jalla berfirman tentang manfaat yang diperoleh orang-orang yang menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan kemaluannya[13] :
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ 
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi”. (QS : Al Nuur [24] : 35).

Setelah membawakan ayat ini Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan,
“Rahasia dari hal ini adalah bahwa balasan dari suatu amal adalah sesuai dengan amalan yang dikerjakan. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya dari melihat yang haram maka Allah akan gantikan dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Maka sebagaimana ia menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan maka demikian jugalah Allah akan penuhi hati dan pandangan orang tersebut dengan cahayaNya sehingga dia akan dapat melihat (dengan hatinya yang telah dipenuhi cahaya) apa yang tidak terlihat oleh orang yang tidak menundukkan pandangannya dari hal yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan.
Kemudian Beliau rohimahullah mengatakan,
“Maka hati itu laksana cermin dan hawa nafsu laksana karat yang mengotorinya, apabila cermin tersebut bersih dari noda karat tersebut maka ia akan dapat terlihat sesuatu sebagai mana hakikatnya[14].
[3.]         Faidah Ketiga, Timbulnya kekuatan, keteguhan dan keberanian hati.
Allah akan memberikan kepada orang yang menjaga pandangannya dari hal yang haram berupa kekuatan pertolonganNya, sebagaimana Allah memberikan cahayaNya kepada orang ini berupa kekuatan hujjah. Maka pada diri orang ini terkumpul dua kekuatan yang menyebabkan setan lari darinya, sebagaimana dikatakan dalam sebuah atsar,
إِنَّ الَّذِيْنَ يُخَالِفُ هَوَاهُ يَفْرَقُ الشَّيْطَانُ مِنْ ظِلِّهِ
“Sesungguhnya setan akan lari dari orang yang menyelisihi hawa nafsunya”[15].
Oleh sebab itu hal ini tidak akan didapatkan orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang berjiwa nista dan rendah. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,
 وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ 
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati berkaitan dengan masa lalu, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman[16]”. (QS : Ali ‘Imran [3] : 138).
Demikian juga firman Allah Subahanahu wa Ta’ala,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا 
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka milik Allahlah kemuliaan itu semuanya”. (QS : Fathiir [35] : 10).


Dengan demikian maka barangsiapa yang ingin mendapatkan kemulian maka hendaklah ia mencarinya dengan taat kepada Allah, dengan al kalamuth thayyib (kata-kata yang baik[17]), dan amal yang sholeh. Demikian juga sabda Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,
مَنْ الْتَمَسَ رِضَى اللهِ بِسَخْطِ النَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، وَأَرْضَى النَّاسُ عَنْهُ ، وَمَنْ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخْطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ ، وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسُ 
“Barangsiapa yang mencari ridho Allah walaupun manusia murka maka Allah ridho padanya dan menjadikan manusiapun ridho padanya. Dan barangsiapa yang mencari ridho manusia walaupun Allah murka maka Allah akan murka padanya dan Allah jadikan manusiapun murka padanya”[18]. 
Dengan demikian kita katakan pula bahwa
“Barangsiapa yang taat kepada Allah maka Allah akan mengasihinya dan melindunginya, tidak akan hina orang yang dikasihi dan dilindungi Robbnya”[19].
Sebagaimana yang diajarkan Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dalam salah satu do’a qunut,
إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
“Sesungguhnya tidaklah hina orang yang engkau kasihi dan engkau tolong. Dan tidaklah mulia orang yang engkau musuhi”[20].
Suatu barang tentu menundukkan pandangan adalah suatu yang Allah ridhoi karena ia adalah perintah dari Rob Semesta Alam.
Demikianlah, mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi penulis sebagai suatu amal yang diterima Allah ‘Azza wa Jalla dan dapat kita terapkan bersama, Amiin yaa Mujibas Saa’ilin. Semoga sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita shollallahu ‘alaihi was sallam.

http://alhijroh.net/fiqih-tazkiyatun-nafs/3-faidah-agung-menjaga-pandangan/


Ini adalah sebuah pertanyaan yang sumbernya dari gue. Kenapa gue nanya itu? Karena gue dilema. Gue memikirkan apa yang harusnya tidak gue pikirkan. Gue merasa ini salah dan kesalahan ini diawali dari sebuah pandangan gue dan `dia` yang tidak terjaga. Gue bukan orang yang agamis, karena itu adalah hal yang sulit dilakukan. Bahkan temen gue mengaku bahwa dia gak mungkin bisa menjadi orang yang agamis. Tapi percayalah, mencoba untuk lebih baik akan membawa kita lebih dekat dengan ridho illahi. So,

Jaga pandanganmu girlz ! 

Rabu, 12 Oktober 2011

Memoriam in Tidung Island.. part 3

Gue dan Hilda menuju kamar mandi sedangkan Rindy dan Yessica terlihat masih bercakap – cakap dengan si bapak. Selesai dari membersihkan diri Yessica menghampiri dan mengatakan bahwa Pak Jay sangat baik. Ia menawarkan rumahnya sebagai tempat menginap tanpa dipungut biaya apapun. Ia juga mengatakan bahwa di rumahnya ada istri, anak, dan kedua orang tua istrinya (baca:mertuanya).
Kamipun mulai berdiskusi
 
“Bukannya mau su’udzon, tapi ada baiknya kita waspada sama orang yang baru kita kenal”
“Tapi kayaknya dia ga niat jahat deh. Diakan cukup dikenal sama warga sini. Kalo dia jahat, dia bisa mencoreng nama baik dia sendiri.” Pak Jay cukup dikenal oleh masyarakat terbukti dari banyaknya relasi yang dia telpon.
“Ya udah gini aja, kita ke rumah bapak itu sekitar jam Sembilan nanti, jadi di sana kita bener – bener gunain hanya untuk berteduh malam. Nanti pas tidur tasnya kita peluk aja supaya aman.”
“Jadiiii…. Kita bener – bener harus menginap semalam di sini?”
“Sayangnya iya…”
Kita bener – bener ga nyangka, kita berempat terjebak gak bisa keluar dari pulau itu. Gak ada siapa – siapa yang kita kenal. Dan kami, hanyalah empat orang gadis yang masih kecil dan lugu *oke, yang ini berlebihan.
 
Kami menyambut hal ini dengan tertawa tanpa rasa takut. Masing – masing berpikir setidaknya ‘gue’ gak sendiri. Setidaknya Ferina udah sabuk ijo di karatenya*oke, yang ini agak enggak nyambung.
Hal yang bikin kita takut adalah izin dari orang tua. Apa yang harus kita bilang? Sepakat. Kita mengungkapkan bahwa Rindy secara mendadak memberi kejutan paket stay sebagai perayaan Rindy yang dapat beasiswa di Rusia. At least, dia benar – benar berhasil *Congratz buat Rindy  . Gue udah bohong soal ayah dan ibu Rindy ada di sana juga, tapi semoga white lie ini dimaafkan. Kebayang gak sih kalo orang tua kita tau bahwa kita terjebak di suatu pulau gak bisa pulang? Apa reaksinya?
Kalo bapak gue mungkin udah naik Jet ski dari muara angke ke Pulau Tidung buat jemput sambil teriak nama gue. hihii.. *backsound Pink Panther Them.
 Setelah sholat ashar dan menelepon orang tua, mengabarkan bahwa anaknya baik – baik saja, kitapun melanjutkan sesi foto – foto dan berpencar lagi. Rindy dan Yessica melanjutkan snorkeling *karena mereka belum mandi, gue dan Hilda menuju Pulau Tidung kecil melewati Jembatan Cinta.
 
Jembatan ini tidak memiliki mitos apapun, diberi nama jembatan cinta hanya untuk menarik perhatian pengunjung. Dari atas jembatan banyak yang melompat dengan tujuan hanya untuk bersenang – senang.
Matahari mengakhiri penyinarannya untuk hari ini. Suasana pantai mulai sepi oleh pengunjung. Kamipun mengakhiri rekreasi kami. Mushola adalah tempat peristirahatan yang paling nyaman saat itu. Setelah sholat Maghrib, kami mengobrol di depan Mushola. Tak lama abang – abang penyewa snorkeling datang untuk menjemput peralatannya. Alhamdulillah, mengurangi bawaan..haha . Si abang tau aja kita dimana :P
Setelah sholat Isya, kita makan. Cukup dua piring nasi goreng (baca:sepiring berdua).
Waktu baru menunjukkan jam delapan malam namun suasana sudah benar – benar sepi. Di parkiran sepeda hanya tertinggal dua sepeda kita. Karena abang sepedanya udah gak ada, kitapun gak bayar uang parkir.
Sudah pernah diceritakan sebelumnya bahwa jalan setapak dari ujung pulau ke pelabuhan yang banyak rumah penduduknya itu sangatlah sepi. Sebelah kiri langsung pantai dan sebelah kanan jalan adalah pepohonan. Di sinilah sensasi petualangan yang gak akan bisa gue lupakan. Dengan jalanan gelap yang hanya bercahayakan sinar rembulan dan langit penuh bintang, dengan pepohononan yang ramai dengan sekelebat putih yang lewat, dengan sepeda dengan stang yang sesekali oleng kanan dan oleng kiri, gue mengayuh sepeda penuh dengan konsentrasi. Sambil membaca istighfar dalam hati, sesekali gue mengajak Hilda berbincang, memastikan bahwa gue masih memboncengnya. Saat itu gue membayangkan berada disebuah adegan film Petualangan Sherina *yang mananya juga gue ga tau.haha
Gue tiba lebih dulu di tempat penyewaan sepeda. Setelah Rindy dan Yeye sampai, kami pun berjalan kaki menuju rumah Pak Jay. Sebelumnya Pak Jay menerangkan bahwa rumahnya masih berada di satu jalan dengan jalan setapak tadi. Oleh karena itu, tidak sulit untuk menemukan rumahnya. Rumah itu memiliki balkon yang luas dengan bagian depan terdapat sebuah etalase. Rupanya keluarga Pak Jay tiap harinya menjual gado – gado, karedok, dan pecel. 
Kami dipersilahkan masuk.
Di sana kami bertemu dengan istri, kedua orang tua istri serta anak Pak Jay. Sepertinya Pak Jay telah member kabar tentang kami kepada keluarganya. Semuanya dengan ramah menyalami kami. Kami kemudian dibawa ke sebuah ruangan keluarga. Ruangan itu cukup luas. Ada sebuah televisi dan digelar tikar sebagai alas lantainya. Kami dipersilahkan menempati tempat itu.
Walaupun sederhana, kami semua sepakat untuk mensyukuri kebaikan Pak Jay yang bersedia menyediakan tempat untuk kami. Kamipun berbincang – bincang dengan ibu dari istri Pak Jay.
Ibu itu orang asli pulau. Lahir dan besar di pulau itu. Hanya beberapa kali ia keluar pulau. Ia pun menikah dengan orang asli pulau itu. Gue berpikir, ruang gaulnya sempit banget yah, Cuma di sekitar pulau – pulau itu.
Tidak lama Pak Jay datang beserta istri dan seorang pemuda. Pemuda itu tinggi, masih muda, badannya proporsional, dan terakhir,, ehm… ganteng. Sebut saja nama pemuda itu Reno.

jembatan cinta


jembatan menuju pulau tidung kecil

pulau tidung



sepiring berdua

Selasa, 11 Oktober 2011

For someone who doesn't know...

My sincerely love
I will not think that you will be mine.
I will not think that I can be your beautiful part of your life
I hope you will be always happy eventhough I am not a part of your happiness
Allah makes us met
Allah makes that you are so charming in my eyes
And Allah makes me fall in love with you
I don’t know why I am so nervous whereas you still far away from me
Haha
I will not try to erase this feeling
I will keep this feeling
But it will be properly love
Like Rasul’s messages to us
Thanks for my beautiful part of my life 
hasil karya Endah Cendrakasih

Rabu, 21 September 2011

Memoriam in Tidung Island.. part 2

Ada seorang bapak yang mendekat dan bertanya, “ Mau stay neng?”
            “Ah, enggak pak, kita mau pulang nanti sore. Ada kapal gak  pak jam setengah tigaan?”
            “Wah, gak ada neng, kapal jam segituan mah, paling lama ya jam 12 nanti. Mau snorkeling? Bapak bisa bantuin cari sewa sama guide nya sekalian”
            “Berapa pak?”
            “Satu setnya snorkeling 45 ribu, sama guidenya 50 ribu kalo pake kapal 400 ribuan..”
            Yessica beraksi..
            “Ah, masa sih pak, biasanya perlengkapan snorkeling itu 25-30 ribuan. Saya udah biasa nyelem pak, jadi kita gak butuh guide, saya bisa mandu temen2 saya. Ya udah pak, makasih ya!”
            Kitapun berjalan meninggalkan si Bapak.
            “Yes, emang lu udah biasa nyelem yes?” Tanya gue dengan polosnya.
            “hahaha”
            Yeye lalu cerita, dia belum pernah nyelam, cuma ikut pelatihannya aja sekali. Tapi snorkeling itu gampang, ga perlu pemandu juga gak papa.
            Jujur aja, pada saat itu gue gak ngerti snorkeling itu ngapain, kaya gimana, tapi yaa.. ikut – ikutan yang lain aja. Dan ternyata Snorkeling adalah mengamati keindahan bawah laut dari permukaan laut.
            Kita berjalan walau masih bingung mau kemana. Kemudian ada sekumpulan bapak – bapak yang tiba – tiba manggil kita dari pinggir pantai.(entah kenapa gue merasa di Pulau Tidung ini kita sering banget diipanggil sama bapak – bapak)
            “Mau kemana neng?”
            “Mau ke ujung Pulau pak”
            “eh, iya sekalian tanya kapal aja”
            Dari bapak – bapak yang sedang nongkrong itupun kita mendapat info bahwa ada kapal yang bernama kapal Kerapu, yang berangkat jam setengah tigaan. Kitapun kembali ke pelabuhan. Disana diberitahukan oleh petugas kalau loket baru dibuka pada jam satu siang.
            Karena loket belum dibuka, kita berjalan mencari tempat penyewaan alat snorkeling. Ada jalan setapak yang tampaknya menuju ujung pulau, kiri – kanannya dipenuhi pulau penduduk, home stay, dan tempat penyewaan alat. Sampailah kita di suatu tempat penyewaan alat. Tertulis satu set alat snorkeling dapat disewa dengan harga 35ribu rupiah.
            Satu set alat itu terdiri dari pelampung, kaki katak, dan kacamatanya. Uneasy to bring all of them. Hilda kemudian mengidekan supaya menyewa alat – alat itu di ujung pulau sana, biar bawanya ga repot.
            “Emang di sana ada tempat sewaan da?”
            “Ada paling, masa tempat snorkeling malah ga ada tempat sewaannya..” ujar Hilda sok tau.. hihihi
            Kitapun melanjutkan menapaki jalan tadi. Semakin lama rumah penduduk di kanan kiri jalan tergantikan oleh pepohonan. Sesekali kita dilewati oleh rombongan orang orang yang naik sepeda yang hendak mengelilingi pulau. Beberapa terlihat membawa perlengkapan snorkeling. Semakin jauh, semakin hanya ada pepohonan di kanan kiri jalan. Adakah tempat penyewaan di ujung pulau sana?
            Ada warung. Tanya.
            “ Misi bu, di ujung pulau sana ada tempat sewa alat snorkeling ga ya bu?”
            “Wah, ga ada neng, di rumah – rumah sana adanya” kata seorang ibu seraya menunjuk berlawanan arah dengan ujung pulau.
            Oke, setelah kita berjalan kurang lebih satu kilometer, kita balik ke tempat penyewaan awal dengan langkah mulai gontai dan terseok – seok (padahal petualangan belom dimulai, tapi udah pada capek duluan).
            “Makanya, kita tadi harusnya nyewanya di tempat tadi aja…” kata Hilda sambil ketawa – ketawa ga mau disalahkan. Hihi
            Tempat sewa itu sangat sederhana dengan lantai yang masih tanah. Sebuah papan putih yang menempel di depan tertulis harga – harga. Sewa satu set 35ribu. Oke. Kitapun memilih alat kita masing – masing. Abangnya memberi contoh penggunaan kacamatanya. Ada selang yang dapat digunakan untuk pernapasan, ujungnya diemut. Hiiii… jijik sebenernya.
            Bawaan yang begitu banyak mendorong kita untuk menyewa sepeda, tapi nyewa dua aja. Buat ngirit. Hihihi. Gue sama Rindy memilih dua sepeda terbaik yang masing – masingnya memiliki keranjang depan. Sepeda itu sudah tua, tapi terlihat masih cukup bagus. Akhirnya, gue memilih sepeda berwarna merah dan rindy warna biru dengan model yang sama.
            Gue dan Rindypun menaiki sepeda menuju Yeye dan Hilda. Gue sama Yeye bersiap menuju ujung pulau. Sepatu Katak diletakkan di keranjang sedangkan sisanya dibawa. Siap. Kaki kanan ada di pedal, pandangan lurus ke depan penuh percaya diri. Sepedapun mulai gue goes. Tapi baru beberapa ayunan, sepeda oleng ke kanan jalan. Okeh, mungkin masih butuh penyesuaian. Gue goes lagi, sepeda oleng ke kiri.
            “Bisa ga fer?”
            “Bisa.. tenang aja..”
            Sepeda kemudian dapat dikendalikan walaupun masih oleng kanan oleng kiri. Sementara Rindy dan Hida terlihat lancar di depan.
            Wizzzzz…. Motor dari depan lewat. Untung gue dengan jago ngeles. Pemandangan berikutnya adalah sepasang muda – mudi yang saling berangkulan di kanan jalan. Gue berusaha menghindar ke sisi kiri jalan. Namun entah mengapa, seperti ada yang menahan. Terjadilah. Gue telah menyadarkan kepada mereka bahwa di dunia ini mereka tidak cuma berdua dan yang lain tidak ngontrak.
            Yeye meminta supaya dia yang membonceng. Hasilnya ternyata 11:12, bahkan stang sepedanya ternyata bisa  dike bawahin atau di keatasin (ngerti ga? Hehe). Intinya stang sepeda adalah biang kerok semuanya. Akhirnya kitapun ganti – gentian naik sepedanya. Pada saat kita sedang gundah dengan sepedanya, sepasang muda – mudi tadi melewati kita dan menertawakan. !@#$%^&*.
            Beberapa lama kemudian terlihat sepeda biru di depan.
Dan kitapun foto – foto. Indahkan pulau Tidung.

 



jalan setapak




Fiuh. Finally, kita sampai di TKS (Tempat Kita Snorkeling) yang sangat strategis. Cuma ada kita. Siapa lagi orang yang punya ide snorkeling di tengah hari bolong kaya kita. Haha

Tak terasa waktu menunjukkan pukul satu siang. Tandanya apa? Tandanya loket udah dibuka. Keputusan yang diperoleh dari hompimpa alaium gambreng menunjukkan Rindy dan Yeye yang bergerak merapat ke pelabuhan. Sementara gue dan Hilda melanjutkan menikmati keindahan alam yang diciptakan oleh Allah Swt.

Perut yang mulai keroncongan menyadarkan kita tentang belum ada kabarnya dari kedua teman kita. Hilda memutuskan untuk menelepon Yeye.
“Da, loketnya bukanya jam dua. Di sini ada tulisan kalo perahunya udah penuh. Ada CPnya c..”
“…”
Apa itu artinya kita ga bisa pulang hari ini?Apa itu artinya kita harus stay semalam? Tapi dimana?
Rindy dan Yeye datang dengan muka cemas. Yeye menyerahkan nomor CP kapal Kerapu itu ke Hilda. Hilda menelepon sang CP dan mengeluarkan semua jurus rayuan dan gombalan agar kita dapat ikut kapal terebut. Hasilnya?
Nihil. Kapal itu telah dipesan oleh penduduk local setempat pagi tadi. Sebel banget, padahal info yang kami dapet dari petugas dekat situ loket baru dibuka jam satu siang. Dan ternyata, ga ada tiket!

jalur kapal

jadwal kapal
Selesai makan siang kita memutuskan untuk sholat dan berencana ke pelabuhan untuk mengetahui info kapal setelahnya. Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan seorang bapak usia paruh baya. Dia menanyakan kenapa kami telah selesai snorkeling. Gue menceritakan peristiwa yang kami alami. Dimulai dari rencana kita yang hanya sehari dan tidak ingin stay sampai info loket yang sangat tidak jelas.
Terlihat sang bapak, kita sebut saja namanya Pak Jay, sibuk menelepon kapal untuk membantu kita. Kita bisa menyewa kapal untuk ke Jakarta. Namun biaya yang dibutuhkan sebesar 1,2 juta rupiah. Tidak bisa lagi, tidak ada jalan lain. Kita terperangkap. Kita harus menginap walau tak punya uang.

Kamis, 15 September 2011

Memoriam in Tidung Island.. part 1


                Perjalanan ini diawali dengan sedikit firasat gak enak. Dimulai dari keinginan kita untuk menginap namun budget kurang menyetujui, orang tua kita yang tumben sedikit lebih cemas saat kita izin, temen – temen kita yang pada gak bisa ikut, dan terakhir saat salah satu temen kita, Iwan, yang paling semangat bikin acara ini namun terpaksa ga jadi ikut karena mengalami kecelakaan saat berangkat.

          Terkumpulah kita. Gue (ferrina), Hilda, Yessica, dan Rindy. Walaupun sedih banget waktu tau Iwan terpaksa ga jadi ikut, kita tetap berangkat ke Pulau Tidung itu.

          Perjanjiannya adalah kita kumpul di Terminal Grogol pada pukul 05.30, namun hanya Yessica yang mematuhi peraturan tersebut. Gue, Hilda dan Rindy dateng jam 06.00. *maapin kite yes. Dengan ongkos empat ribu tiap orang, kita naik angkot merah menuju Muara Angke. Muara Angke itu becek dan bau sebagaimana mestinya pelabuhan. Sampai di pelabuhan kita naik kapal feri dengan tiket 33 ribu. Ini pertama kalinya gue naik kapal feri, agak kaget juga dengan kondisinya yang sangat rame dan terlihat tak teratur. Kita ditunjukkan kapal yang akan berangkat ke puau tidung, ga ada penjual tiketnya, langsung masuk ke dalam dan tempatin tempat yang kita sukai. Dalam kapal hanya beralas tikar, orang – orang ada yang tiduran. Bingung deh mau duduk dimana.

          Kapasitas kapal itu juga kayaknya ga ditentuin, yang mau naik ya naik aja. Sampe padet deh tu kapal. Kapal itu berangkat jam 08.00 pagi, sesuai dengan jadwal yang diliat di google.

          Kapal bergoyang – goyang pelan membuat kepala sedikit berputar. Perjalanan ini menempuh waktu 2-3 jam. Kita sampe jam 10.15 WIB. Sesampainya di sana, kita cari info tentang kapal pulang sore. Kapal feri yang tadi kita naikin mau balik ke Jakarta jam 12.00. Semua langsung menggeleng. Enak aja, masa Cuma dua jam kita di sini, mau ngapain coba.


Suasana Kapal
yessica bangun
yessica tidur, hilda tiduran
kita masih seger dong
ramee
bingung

         

Jumat, 22 Juli 2011

Acciddent in Ragunan

Last holiday I went to Ragunan with my friends. They were Audy, Juwita, Dyni, Yuyun, Robby, Irul, and Mba Dina. We arrived there about 12 o’clock. Long time I wasn’t in here since I am in elementary school. By ticket costed 5000 rupiah, we got in there. Haha.


                Not long after that, it sounded Adzan, then we found Musholla got prayer. Too late we arrived, I think.
lunch


We just walked and walked in there gone across these animals.
Merak
Merak




Lion
Winnie the Pooh
uu aa



Found Primata center, we entered in by ticket costed 5.000 rupiah. In this place, we found primate which most of them was come from our country. Indonesia.






Which ones do you think the most match?






I was so interested to take photos all of animals in there. So glad without tought that not all the animals love taken in photos




It named BEKANTAN. 

Monkey with one big nose. It pent up in mirror room. It just go down from the tree in that room. It saw me with a cute face. I was take a photo with it straight away. But, what happen the next? The cute face change into angry face, really really angry. It ran to me like wanna bit . I scream. How scare I was. I ran into my friends and they just laugh..haha
Well, I think that was a part of my story in Ragunan that I’ve told to you. My messages is, ask the animals when you will take a photo. They need a privacy like an artist. Haha. Bye .




Rabu, 08 Juni 2011

PUISI CINTA OSPEK

Waktu OSPEK, gue pernah disuruh untuk ngebuat puisi cinta yang bertemakan meteorology. Gue seneng sama tugas yang ini, kayak refreshing pikir gue. Ngeliat gue yang semangat bikin puisi cinta, temen – temen yang lain juga pada minta bikinin. Nih, ada satu puisi koplak yang tertinggal yang gue bikinin untuk temen gue.

BUMI YANG DICINTAI
Awan mungkin menyatakan cintanya pada Bumi
Dengan melindunginya dari jahatnya radiasi matahari
Dengan pasukannya yang  berlapis – lapis
Yang disebut atmosfer
Awan mungkin menutupi kenyataan dari Bumi
Bahwa matahari juga mencintainya
Dengan cara yang berbeda dengan awan
Matahari menyampaikan dengan panasnya
Yang berlebih, sehingga awan menutupinya
Sehingga Bumi menjadi tak menentu
Begitu juga aku
Aku tak menentu
Aku hanya berharap bisa mengenalmu
Tanpa sesuatupun menghalangi
Karena
Aku mencintaimu

Yah, itulah puisi indah – buruk rupanya puisi saya :P
Leelou Blogs
 

Template by BloggerCandy.com